Di usianya yang baru berapa hari saja ia batuk. Dokter Undang SpA bilang bronchitis. Dan bukan hanya itu, puteriku mengalami KLONUS . Dokter Undang bilang itu namanya Jiteri ( Jittery saat bayi : tangan dan kaki mudah gemetar atau kaget saat ada
suara keras ) dan beliau bilang hal itu tidak berbahaya karena terjadi umumnya pada kebanyakan bayi baru lahir. Saat itu meski kurang yakin akan kebenaran kata-katanya, aku tidak lantas mengejarnya dengan segudang pertanyaan di benakku. Anjurannya untuk rawat inap pun tidak aku gubris. Kupikir aku harus mencari second opinion perihal Jittery ( yang belakangan aku mengetahuinya dengan istilah Klonus )
10 November 2008. Kali pertama yang disebut-sebut sebagai serangan kejang. Bukan tidak yakin bahwa itu kejang pertamanya, karena gejala yang tampak tidak serupa dengan serangan kejang stuip (sebelum ini, aku pernah melihatnya pada anak ke lima ku karena panas tinggi ).
Esok harinya aku bawa ke dokter anak dan ia merekomendasikan pemeriksaan EEG ketika aku menyangkal Epilepsi sebagai bagian dari diagnosanya (aku tidak melihat tanda-tanda itu pada kejang anakku, karena aku mempunyai seorang sahabat terdekat yg menderita Epilepsi dan aku seringkali menyaksikannya). Saat itupun aku ikuti sarannya melakukan pemeriksaan EEG.
Apa yang kemudian aku dengar dari dokter yang membacanya adalah hanya bait bait sampah yang memuakkan!! Dikatakannya bahwa di dalam kepala puteriku bagaikan sekumpulan kabel-kabel rusak disana sini dan siap untuk meledak! What the fuck!! Tapi aku tetap mengkonsultasikan hasilnya dan dokter memberi resep Luminal untuk seumur hidup puteriku (aku tak pernah memberikannya karena keraguan yang memadati benakku).
No comments:
Post a Comment